Jika Afghanistan tidak segera membayar tagihan listriknya, maka negara itu mungkin tak akan dialiri listrik pada musim dingin mendatang. Hal tersebut diungkapkan oleh beberapa mantan pejabat perusahaan listrik Afghanistan, De Afghanistan Breshna Sherkat (DABS), yang dikutip . The Wall Street Journal mengutip pernyataan mantan kepala DABAS, Daoud Noorzai.
Noorzai mengatakan bahwa Afghanistan saat ini mengalami hari hari terburuknya. Ia menyebut beberapa provinsi termasuk ibu kota Afghanistan akan menjadi gelap jika listrik padam. "Konsekuensinya akan berlaku di seluruh negeri, tetapi terutama di Kabul. Akan ada pemadaman listrik dan itu akan membawa Afghanistan kembali ke Abad Kegelapan dalam hal listrik dan telekomunikasi," kata Noorzai, yang tetap berhubungan dekat dengan manajemen DABS yang tersisa.
"Ini akan menjadi situasi yang sangat berbahaya." Impor listrik dari Uzbekistan, Tajikistan dan Turkmenistan menyumbang setengah dari konsumsi listrik Afghanistan secara nasional. Sedangkan Iran menyediakan pasokan tambahan ke bagian barat negara itu.
Dibutuhkan biaya $300 juta per tahun untuk impor listrik dari keempat negara tersebut, menurut . Berdasarkan informasi yang diperoleh Khaama , DABS berutang kepada supplier negara negara Asia Tengah itu hingga $ 90 juta yang tidak dibayar selama berbulan bulan. Afghanistan hampir tidak memiliki jaringan listrik nasional.
Produksi dalam negeri, yang sebagian besar dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga air, terganggu akibat kekeringan tahun ini. Bahkan Kabul hampir sepenuhnya bergantung pada listrik impor dari Asia Tengah. Namun saat ini, listrik berlimpah di ibu kota Afghanistan, peningkatan yang jarang sejak pengambilalihan Taliban, melaporkan.
Sebagian alasannya karena Taliban tidak lagi menyerang jalur transmisi dari Asia Tengah. Alasan lain adalah karena industri yang terhenti serta fasilitas militer dan pemerintah yang sebagian besar menganggur. Bagian yang jauh lebih besar dari sumber daya listrik berakhir pada konsumen perumahan, meniadakan pemadaman bergilir yang dulu biasa terjadi.
Namun, keadaan ini kemungkinan akan berakhir tiba tiba jika pemasok Asia Tengah—khususnya Tajikistan, yang hubungannya dengan Taliban memburuk dengan cepat—memutuskan untuk memotong DABS karena tidak membayar. Tajikistan telah memberikan perlindungan kepada para pemimpin perlawanan anti Taliban, seperti mantan Wakil Presiden Amrullah Saleh. Baru baru ini Tajikistan mengerahkan pasukan tambahan ke perbatasannya dengan Afghanistan, mendorong Rusia untuk menyerukan kedua negara untuk mengurangi ketegangan.